sumpah ini iseng mimin, mungkin agak frontal
tapi mimin bener deh gak maksud buat cerita ini buat nyinggung yang lain...
jadi mianhae yang merasa ini menyinggung *bener dah gak masud*
ini murni fiksi nganar otak mimin
check TKP deh...
Satu
kejadian yang tak kan pernah di lupakan oleh seorang wanita muslimah itu
sepanjang hidupnya...
kelas 2 sma
wanita itu
adalah seorang muslimah yang anggun disekolahnya tak ada satu pria pun yang tak
menyukainya karena selain muslimah ia juga terkenal pintar dan cantik.
Saat itu
juga dikenalah seorang laki-laki yang tak kalah memikat yang juga seorang yang
taat beragama, dan sangat menuruti perintah agamanya. Pintar dalam segala hal
baik bidang atletik maupun akademik, dan jadi idola bagi kalangan wanita di
smanya.
Suatu hari
laki-laki itu menghampiri si wanita muslimah yang baru saja keluar dari mesjid
seusai salat zuhur...
‘boleh aku
tanya sesuatu?’
‘silahkan’
‘seperti apa
pacar idamanmu’
‘apa?’
‘yah, kau
tahu aku sebenarnya sudah lama memperhatikanmu, tapi tak pernah lebih dari
memperhatiakan’
‘owh...’wanita
itu terlihat bingung
‘jadi
seperti apa pacar idaman mu?’wanita itu terlihat berpikir sebentar lalu
menjawab
‘di dalam
agamaku, sebenarnya tak pernah mengenal kata pacaran. Jadi aku tak pernah berniat
mencarinya’ ya mereka berbeda agama.
‘apakah
agamamu menginginkan agar para wanitanya tak memiliki pasangan’
‘bukan
agamaku justru men-sunnahkan bagi wanita dan laki-laki untuk saling memiliki’
‘lalu...’
‘agamaku
memerintahkan untuk kami kaum perempuan mencari imam yang pantas bagi kami,
yang kelak akan membimbing kami menuju singgasana surga-Nya’
‘lalu, kau tak kan pernah mencari pacar atau
suami’
‘imam yang
kumasudkan adalah suamiku kelak...’laki-laki itu terdiam terpana dengan kalimat
yang keluar dari bibir mungil wanita itu.
‘aku akan
menjaga tubuhku, agar menjadi yang pertama bagi suamiku. Setidaknya itu yang di
ajarkan agamaku untuk menistimewakan suamiku’
‘jadi...’
tampak belum puas laki-laki itu.
‘apakah
laki-laki itu juga dapat menjaga tubuhnya dan menistimewakanmu kelaknya’
‘jika kau
memberikan hatimu, maka kau akan mendapatkan hati pula bahakan lebih banyak
hati, itulah apa yang di ajarkan agama ku. Apa yang kita beri pasti akan
mendapat balasan yang setimpal’
‘namun,
apakah itu tidak menyusahkan. Mengapa agamamu memberikan hambanya perintah yang
sangat berat, seperti itu. Di agamaku bahkan tak pernah ada hal semacam itu’
‘boleh aku
tanya sesuatu padamu?’kali ini gadis itu tersenyum manis
‘ya...’
‘bagaiman
perasaanmu, saat kau tahu istrimu atau wanitamu. Menjadikan kau yang pertama.
Kau laki-laki yang pertama menggandeng tanganya kecuali ayahnya, menatap
matanya kecuali ayahnya, mencium keningnya kecuali ayahnya, melihat rambut
terurainya kecuali ayahnya, bahkan hanya kau seorang yang menjamah tubuhnya
tanpa terkecuali’
Laki-laki
itu terdiam, lebih-lebih terdiam. Namun segera menyadari keterkejutanya...
‘maafkan
aku, jika aku menyinggungmu...’
‘tidak
apa-apa, memang terkadang cinta membuat kau melakukan hal yang diluar nalarmu’
‘apakah
agamamu juga melarang kau mencintai seseorang bahkan suamimu lebih dalam’
‘aku harus
permisi...’
Gadis itu
tersenyum dan beranjak pergi saat ia mendengar bunyi bel sekolahnya.
7 tahun
kemudian
Reuni itu di
hadiri angkatan wanita dan laki-laki itu saja, namun cukup memenuhi restauran
di hotel bintang lima itu.
Dan tanpa
sengaja mata mereka berdua, mata yang saling memancarkan kerinduan yang
sama-sama terpendam saling bertemu.
‘kau...’
‘yah, apa
kabar?’ wanita itu terlihat lebih anggun dengan jilbab ungu mudanya.
‘baik, kau
sendiri’
‘yah masih
sama seperti dulu...’
‘kau tau
sampai sekarang aku masih pensaran akan jawabanmu dengan pertanyaan ku 7 tahun
yang lalu’
Gadis itu
terlihat mengingat kejadian lampau yang beberapa tahun ini terus di ingatnya.
‘hem...’dia
tersenyum saat berhasil ingat dengan jelas kejadian yang lalu.
‘jadi apakah
kau tetap mempertahankan aqidahmu’
‘sepertinya
banyak sekali pertanyaan yang ingin kau ucapkan’
‘hahahha...’
laki-laki itu menunjukan senyum menawannya, yang di rindukannya.
‘yah,
sepertinya aku tak bisa menutupi rasa penasaranku. Tujuh tahun belakangan ini’
‘hehehe...’akhirnya
ia tersenyum juga
‘aku,
sebenarnya selama tujuh tahun ini mencari tahu tentang agamamu, untuk memenuhi
rasa penasaranku akan pertanyaan ku waktu itu. Namun berapa kali ku coba aku tetap
tak menemukan jawabannya...’
‘lalu...apakah
kau menyukai agamaku?’dia bertanya perlahan takut menyinggung pertanyaannya
yang terdengar frontal tersebut.
‘hem...’dia
tampak berpikir sejenak lalu melanjutkannya
‘yah, ku
rasa aku menyukainya’
‘jadi kau menyukai
agamaku karena kau mencintaiku, terdengar begitu bagiku. Dan maaf jika itu
menyinggungmu’
‘yah,
mungkin akan terdengar begitu. Namun aku tak dapat memungkiri, bahwa aku senang
kau berada di agamamu’
‘kenapa...’
‘karena
agamamu membuatmu menjaga dirimu hanya untuk suamimu, yang kurasa benar-benar
beruntung’
‘apakah kau
pernah berniat, maksudku saat kau mempelajari agamku...’
‘apa...’
‘berniat
untuk menjadi imamku yang kelak mengantarkanku menuju singgasana surga-Nya’
‘yah, saat
aku memutuskan itu, maka dengan kata lain aku harus menyeberangi aqidahku
sendiri’
‘apakah kau
takut...’
‘aku...masih
tetap memikirkan pertanyaan itu’
‘lalu, apa
yang sebenarnya kau tuntut dari pertanyaan itu?’
‘entahlah...mungkin
kepastian apakah jika aku menyeberangi agamaku maka kau akan memberikanku apa
yang ku harapkan’
‘waktu itu
ada yang aku lupa untuk ucapkan padamu, bahwa tubuh termasuk hati yang ku
miliki bukan punyaku. Sejak aku ada, aku meminjam semua yang ku miliki sekarang
ini dan suatu saat aku harus mengembalikanya’ laki-laki itu kembali terdiam.
‘kau benar,
rasanya aku mulai mengerti akan keteguhan kepercayaan mu dan agamamu’
‘terima
kasih...’
‘tapi apakah
kau mencintaiku...pernahkah terpikir sedikit saja’
‘kurasa...’
‘jika ia
maka tetaplah pada aqidahmu...’
Tak lama
terdengar beberapa teman-temannya memanggil wanita itu.
‘ku rasa aku
harus pergi’
‘yah
hati-hati yah...dan terima kasih untukmu dan agamamu’
‘hem...’ dan
wanita itu berjalan melewati laki-laki itu dengan perlahan...
‘Ashaduallailahaillaallah
Wa Ashaduannamuhammadarrasulallah’laki-laki itu mengucapakannya dengan perlahan
dan tegas.
‘subhanallah...’tanpa
terasa air mata wanita itu menetes begitu saja.
‘aku tak
mencitai-Nya karena cintaku kepadamu namun aku mencitaimu untuk yang kedua
kalinya karena cintaku kepada-Nya, aku tak memintamu meminjam terlalu banyak
darinya untuk mencintaiku, menjadi sepersatu dari cintamu pada-Nya pun sudah
cukup bagiku’
‘kau...’
‘sejujurnya
aku mungkin sudah melangkahi agamaku sendiri sejak tujuh tahun yang lalu...’
‘kenapa...’
‘mungkin
memang aku tahu agama ini karenamu, namun 7 tahun membuatku harusnya berpikir. Apa
yang ku kejar selama 7 tahun ini dengan mempelajari agama seseorang yang ku
sukai namun akupun sudah tak tahu ia dimana. Namun akhirnya aku sadar agama ini
memberiku kepuasaan yang mengisi kerinduan yang aku sendiripun tak tahu itu
apa, namun rasa nyaman itu tak bisa ku ungkapkan. Yang pasti ini lah aku denga
kuasa-Nya menuntun ku, dengan melalui jalan mencintaimu, apakah itu menjadi
kesalahan bagimu’
‘hem...’di
tengah tangisnya wanita itu tampak menyunggingkan seulas senyumnya.
‘aku mungkin
tak bisa memberimu jaminan untuk mampu menuntunmu menuju singgasana surganya
namun ku pastikan akan selalu menjadi imam yang terbaik bagimu’
Wanita itu
hanya mengangguk dan tersenyum bahagia, benar-benar perjalanan yang melelahkan
bagi keduanya...
Laki-laki
dan wanita itu berjalan menyusuri trotoar itu berdampingan walau tak saling
menyentuh satu sama lainnya...
‘aku akan
membawa keluargaku menemui keluargamu segera’ucap laki-laki itu
sungguh-sungguh.
‘apakah
mereka tak keberatan...’
‘hem yah
yang ku tahu orang tuaku sejak dulu tak pernah membatasi kami anak-anaknya
masalah agama, paman dan bibiku juga ada yang islam dan mereka tak
mempermasalahkanya selama hubungan itu masih berjalan baik. Hanya saja ku rasa
aku tak bisa memaksa mereka untuk masuk masjid’ mereka tertawa bersama
Namun saat
akan menyeberangi jalan ada sebuah mobil bus yang melaju sangat kencang ke arah
mereka...
Seakan ingin
melindungi gadis yang di cintainya itu laki-laki itu memeluk tubuh gadis itu
yang menyebabkan mereka berdua harus terhantam badan bus yang besar itu.....
‘maaf aku
menyentuhmu, di saat kau belum di halalkan bagiku dan melanggar aqidahmu’
laki-laki itu mencoba berujar di sela nafas berat nya
‘niat ku memang
menjadikan kau yang pertama menyentuhku, dan tuhan mengabulkanya sehingga tak
meninggalkan sesal di hatiku’
Mereka tersenyum
dalam ketenangan yang entah bagaimana menjalari tubuh mereka masing-masing...
Mungkinkah tuhan
mempertemukan mereka di tempat yang Dia ketahui...........