welcome in my special place
semua berisi tentang coretan-coretan saya,
maaf jika terdapat banyak kekurangan


my extraordinary place to show the knowledge and the creativity


Selasa, 12 Juni 2012

tanpa judul


gak jelas...ini cerita yang aku buat dalam waktu sekejap*ciye sekejap* hehhehe.
dan selain cerita gak jelas aku juga belum buat judul buat cerita iini.
buat temen-temen yang mau kasi judul silahkan *tinggal komentar ajah ntar*
sekali lagi ya aku ingetin ceritanya ini gak jelas banget, tapi kalo mau terusin baca silahkan... 




Laki-laki itu tersenyum hampa, menatap langit jingga di hadapanya rasanya air matanya sudah akan tumpah. Sedang gadis dalam pelukanya hanya diam tak bicara sepatah katapun, seperti menyadari waktu perpisahan mereka yang semakin mendekati waktunya.
‘ kak aku ingin makan sup buatan bibi’ laki-laki itu menahan air matanya di pelupuk mata sekuat mungkin agar tidak tumpah.
‘aku tak pernah suka sup buatan bibi’ akhirnya ia bisaa mengaluarkan kata-kata.
‘benar juga, sejak kecil saat bibi memasakan sup untuk kita aku selalu memakan habis sup kakak’
‘ itu karena kau rakus...’ mereka berdua akhirnya memecah kekakuan di antara mereka dan tenggelam dalam ingatan-ingatan masa lalu.
‘sejak awal itu memang tak enak’
‘hahahhaa, tapi walaupun kakak bilang sup itu tak enak, aku tetap akan memakannya berapa mangkukpun yang di masak oleh bibi, karena bibi memasaknya dengan cinta’air mata laki-laki itu benar-benar tumpah sekarang.
‘kakak kau menangis?’
‘hem...’dia kehilangan kata-katanya sekali lagi.
‘kak, kira-kira langit itu punya batas tidak...’
‘jangan bilang kau ingin ku gendong untu mencari batas langit’wanita itu mencoba tertawa tapi nafasnya berat sekali sehingga tawa itu hanya berbentuk senyum getir.
‘bagaimana kau bisa ingat?’ laki-laki itu ingin bilang apa yang tidak di ingat atau tidak di ketahuinya tentang gadis ini, ia bahkan tak bisa melupkan wajahnya barang sedetikpun.
‘bagaimana bisa lupa jika dulu saat kau sd kau selalu merengek minta di antar ke batas langit, dan aku harus menggendongmu di punggungku untuk membujukmu’
‘hehehe, jangan lupa kau harus membelikanku es krim dulu, baru aku mau pulang’
‘benar, apa kau ingat aku pernah mendorong es krim yang akan kau makan sehingga es krim itu memenuhi wajahmu’
‘iya, dan aku juga membalasmu dengan es krim yang ada di tangan mu’
‘benar, wajah kita benar-benar berantakan saat itu, kita sampai di hukum oleh bibi kau ingat’
‘aku selalu mengingat setiap detik yang kita lalui bersama’
‘benar, aku juga selalu mengingatnya’mereka menatap lagi langit jingga yang begitu menampakan kecantikannya saat itu, sedang matahari sudah mulai tenggelam.
Untuk beberapa saat tak ada yang bicara di antara mereka, seakan hati mereka yang bicara dan membuat tempat itu jadi hening. Mereka mengerti waktu perpisahan itu pasti akan datang dan memisahkan mereka, tapi laki-laki itu benar-benar ingin agar gadis ini lebih lama lagi di sisinya. Ia mempererat lagi pelukannya saat menyadari tubuh gadis itu mendingin, ia mencoba semampunya memberikan kehangtan yang ia miliki, bahakan jika bisa ia ingin menukar kehidupannya dengan gadis ini.
‘dingin kak’ gadis itu mencoba merapatkan tubuhnya pada laki-laki itu, tubuhnya terasa kaku.
‘ra, kamu bakal sama kakak terus kan, kamu gak bakal kemanapun. Kamu gak bisa melakukan apapun tanpa aku’
‘kak...ku rasa aku bakal menemukan batas langitku’
‘lyra...gak, gak boleh’
‘suatu saat kakak akan menggendongku lagi untuk mencari batas langit yang lain’
‘ra...’
‘kakak, kau berjanji padaku akan ikhlas jika penyakit ini akan menarikku darimu’
‘aku tahu tapi apakah kau tahu mengucapkan kata ikhlas itu benar mudah dan saat ikhlas itu di depan mata aku jadi takut ra’
‘kak, aku percaya pada-NYA, dia akan menjaga kita. Mungkin kita akan bertemu di surganya...jika memang saat itu tiba, ikhlas itu akan menjadi sangat indah kak...aku akan menunggu kakak sampai waktunya...’ laki-laki itu menyadari yang tersisa di sekitarnya hanya desahan nafasnya, wanita itu, gadis yang sangat dicintainya sudah menghilang dan meninggalkan tubuh beku yang tak lagi menggenggam nyawanya.
‘lyra...tunggu kakak ra, saat ia memanggilku kita akan sama-sama lagi. Saat ini nikmatilah sup buatan bibi yang sangat kau sukai itu sendiri’ ia tersenyum getir.
‘temuilah bibi dahulu ra...’
       Air mata laki-laki itu terus menetes, ia sudah berjanji dalam hatinya, mencoba untuk ikhlas...ya ikhlas yang mudah di sebutkan dan susah di jalankan.