Aku masih
saja samar mendengar suara anak-anak yang bergosip di belakangku, seperti
mereka yang menanyakan mengapa aku berpacaran dengan airi?, apakah tipe wanita
kesukaanku sudah berubah? Atau apakah aku sudah gila karena menerima airi?.
Ya untuk pertanyaan
yang terakhir kurasa mereka benar, ku rasa aku memang sudah gila karena
menerima airi tiga minggu yang lalu. Airi memang bertolak belakang denganku,
dia enerjik, ceria, penuh semangat dan kekanak-kanakan. Sedangkan aku tipe
seriusnya seorang ketua osis yang sibuk mengurusi kegiatan sekolah dan eskul
yang berada di bawah naungan osis.
Tiga minggu yang lalu, bel baru saja
berbunyi yang mengakhiri pelajaran hari itu dan aku sudah bersiap-siap untuk
pulang. Saat penat benar-benar di ujung semangatku, airi menghampiriku yang
baru keluar dari kelas. Dia berdiri membawa kue coklat yang sepertinya di buat
sendiri, yang akhirnya menjadi kue kesukaanku. Airi menyatakan cintanya padaku
dengan caranya sendiri, memang bukan hal yang wajar untuk seorang wanita nembak
cowok duluan, apalagi saat itu benar-benar ramai oleh anak-anak yang menjadikan
itu sebagai tontonan, tapi dia airi.
‘kak
agung…’ suara airi membawaku turun dari lamunan.
‘oh…de’
‘kakak mau
kemana, bentar lagi bel kan?’ aku tak sekelas dengan airi, dia kelas satu
sedangkan aku kelas dua sma.
‘ke ruang
osis de, kamu juga ngapain. Kalo bentar lagi bel seharusnya kamu udah di dalam
kelas, kok sekarang di luar?’
‘tadi adek
liat kakak turun dari tangga, trus adek mau ketemu kakak ajah…’ aku tersenyum
mendengar perkataannya. Oh iya benar juga, gedung kelas dua dan tiga memang
berada di atas sedangkan gedung kelas satu dan ruangan osis dan yang lainnya
berada di bawah. Dan karena itu juga aku harus berlari naik turun tangga saat
ada rapat osis mendadak atau ulangan mendadak saat osis sedang rapat.
‘udah masuk
sana…’aku mengusap kepalanya.
‘kakak mau
ngapain ke ruang osis, mau bolos jam pelajaran pertama ya’
‘enak ajah,
ini kewajiban de. Kan kelas tiga mau perpisahaan’
‘yah…jadi
kakak bakal sibuk dong’
‘hem…udah
masuk sana’
‘gak mau
ah, kakak jalan ajah dulu’
‘adek masuk
dulu’ ekspresi manjanya benar-benar lucu.
‘kakak
jalan dulu’
‘de…’
‘kak…’
‘apa…sana
masuk’
‘bareng-bareng
ya…’
‘oke…oke’
‘hehe…’ dia
tersenyum manis.
‘kakak
itung ya, 1…2…3’
Kami sama-sama melangkah ke arah yang
berlawanan, aku sebenarnya tak ingin menoleh lagi.
‘dadah
kakak…’ airi berteriak sambil melambaikan tanganya yang membuat sebagian
anak-anak yang masih di luar kelas menoleh ke arah kami.
Ha, aku memberikan dia seulas senyuman
dan mulai berbalik berjalan lagi ke arah ruang osis.
‘jadi…sudah bisa melupakan aline’
Dia raka wakil ku di osis sekaligus
sahabatku sejak smp, dan aline yang di sebut raka tadi adalah bendahara di osis
sekaligus mantanku.
‘menurutmu,
sudahlah jangan di bahas sekarang’
Aku meletakan telapak tanganku di atas
dadaku yang tergantung kalung berinisal “A” yang berada di balik seragamku.
Airi tak tahu akan keberadaan kalung ini.
Aline juga jauh bertolak belakang
dengan airi, dia dewasa, sikapnya lembut seperti ibu. Dan itulah yang membuat
orang bingung saat aku menerima airi, mungkin mereka merasa aneh karena hanya
berjarak dua minggu sejak aku putus dari aline yang dewasa dan pacaran dengan
airi yang kekanak-kanakan.
‘hei melamun
loe’ raka memukul pelan bahuku.
‘enak
ajah…’ hanya berbohong sedikit.
‘anak-anak
udah pada kumpul belum’ ucapku lagi.
‘udah,
mereka nungguin loe tuh’
‘oke, kita
mulai rapat’
‘santai
ajah bro, mereka juga seneng kali gak ikut pelajaran’
‘udah 4
kali gue bolos pelajaran pak harun, gak mau gue nilai matematika gue rusak’
‘oke oke
ketua osis yang teladan yang sekarang sedang mengejar jabatan siswa teladan’
‘berengsek
loe…’kali ini aku balas memukul tanganya pelan, tapi sepertinya itu di buat
lebay oleh nya.
‘aw…sakit’
Sudah banyak anak yang berkumpul, dan
hem kurasa aku takkan bisa menghindari tak bertemu aline, dia berdiri di pojok
ruangan tapi tetap berada di posisi yang sangat bisa ku jangkau sepertinya dia
sedang asyik melihat buku keuangan osis dan kurasa aku harus bisa bersifat
profesianal.
Ku rasa aku harus menemui pak harun
nanti, rapatnya berjalan lama, ku rasa anak-anak itu yang membuatnya lama
mereka memang senang sekali kalo bolos begini. Ha…5 kali aku bolos pelajaran
pak harun, dan di saat istirhat begini aku harus tetap tinggal di ruang osis
ini karena masih harus mengecek beberapa hal keputusan rapat tadi. Ah…berengsek
di mana raka sialan itu, seharusnya dia di sini membantuku.
Ah…buku siapa itu yang terjatuh,
sudahlah taruh saja di atas meja, saat pemiliknya sadar bukunya tertinggal dia
pasti akan mencarinya dan kembali ke sini. Tapi buku ini manis warnanya cokelat
dengan gambar daun jati yang berserakan di atas buku itu, seperti daun yang
gugur di atas tanah. Karena penasaran aku membuka lembar pertama dari buku itu.
‘aku takkan
pernah melupakan saat kau bilang cinta
padaku. Karena itu amazing’
Ini sebuah catatan, di bawah tulisan
itu ada gambar hati. Karena penasaran aku membuka lembar berikutnya dan
berikutnya, tapi pandangn mataku mulai mengabur. Halaman berikutnya berisi
fotoku dan aline saat kami usai menonton film berdua untuk pertama kalinya.
‘nonton
berdua bersama untuk pertama kalinya…’
Halaman berikutnya juga begitu banyak
sekali foto-foto dan gambar-gambar selama kami pacaran baik foto yang sengaja
di ambil atau fotoku yang tak pernah ku sadari kapan di ambilnya, dan
komentar-komentar aline di setiap foto dan gambar itu.
Tiba saat aku sampai di halaman terakhi
dari buku itu…
‘ku mohon
jangan menangis, aku juga sakit. Rasanya mau meledak’
Di atas komentar
itu terdapat fotoku yang sedang menundukan kepala di atas meja di ruanganku di
ruang osis, aku ingat aku memang menangis saat itu, itu adalah dua hari saat
aline memutuskanku dan aku belum bisa melupakannya dan kurasa sampai sekarang.
‘agung…’
aku melihat aline berdiri gamang di depan pintu.
‘maaf gung,
aku yang minta putus waktu itu tapi…’ air mata aline menetes, ini tak wajar.
Aline melangkah mendekatiku yang masih memegang buku itu.
‘ini buku
loe line’ aku mencoba bersikap wajar.
‘ya…gung
aku, sebenarnya gak mau putus…’
‘airi…ada
gak agungnya…’
Aku melihat ke arah pintu dan melihat
airi yang sudah berlinang air mata, dan raka yang berdiri di depan pintu.
maaf bersambung teman-teman....